hitam dan putih kok kesel ya?

Hitam dan Putih

11 October 2017

Apa yang tidak kamu hiraukan malah menyelinap, lalu menyelubungi pikiranmu dalam senyap. Apa yang kamu pikir benar, berubah menjadi keangkuhan akan pemilik kebenaran ideal. Ada kegagalan paham yang yang kamu alami, entah karena terlalu kompromi, memperlakukan hal yang bagaimana semestinya menurutmu benar, tapi tidak sejalan setujuan dengan lingkungan mu.

Sekarang adalah zaman krisis identitas, banyak orang membutuhkan pegangan, pandangan, dan tujuan. Walaupun mereka masih sekedar ingin membutuhkan validasi dan justifikasi, sehingga masih terjadi logical fallacy dan double standar

Hal-hal krusial yang telah kamu lalui, menjadi pelajaran yang kamu anggap sebagai panduan. Hitam putih cerita membuatmu memukul rata pada hal-hal serupa yang terjadi dan akan terjadi. Itu merupakan sebuah kekeliruan. Lantas, bagaimana cara menghadapinya?

Kamu terlalu pongah menilai seseorang dari apa yang kamu lihat. Apa yang mereka pakai, apa yang mereka lakukan, apa yang mereka posting atau share di media sosial, belum tentu merupakan hal yang benar-benar mereka pegang atau pikirkan. Kamu kehilangan konsensus.

Akhir-akhir ini kamu menjadi layaknya absorber. Apa yang mereka katakan, ceritakan, pikirkan langsung kamu serap, tanpa menimbang-imbang baik dan buruknya untuk kelangsungan kehidupan sosialmu. Mereka menceritakan sesuatu (misalnya pesimisme, kebencian, iri dengki) sehingga mengeluarkan kesan negatif, kamu serap sehingga membuatmu lemah. Mereka menceritakan sesuatu yang menurutnya baik, kamu menjadi pesimis karena merasa belum baik.

Ya. Kamu terlalu lama mencari, menerawang hal yang cocok dan ideal untukmu ditengah lautan orang-orang yang mencari identitas dan pembenaran. Tidak menjadi lebih baik jika kamu tetap seperti ini. Ubahlah apa yang selama ini membuat pandanganmu sempit.

Kehancuranmu di masa lalu bukan berarti kamu harus menetap disana, menyusun kembali puing-puing mimpi dan harapan yang tak akan kembali utuh. Ada kesempatan yang tak terhingga untuk kembali memulai lembaran baru. Memang, masa lalu tak mungkin kamu tinggalkan. Bukan seberapa sulit kamu lupakan, tapi bagaimana kamu menyikapinya.

Jangan kamu samakan sikapmu menghadapi masa depan dengan sikapmu di masa lalu. Itu adalah kesalahan fatal. Kehancuranmu di masa lalu pastinya sedikit banyak menempa suatu pandangan yang berlandaskan kehinaan diri sehingga kamu terlalu berhati-hati bahkan merasa insecure yang menyebabkan sifat judgemental (walaupun hanya sebatas apa yang terlihat). Sayang… Jangan kamu bodohi dirimu dengan pemikiran picik itu.

"Sekarang adalah zaman krisis identitas, banyak orang membutuhkan pegangan, pandangan, dan tujuan."

Wahyu Rizkya